Sampah Hati
![]() |
SAMPAH HATI |
Setelah lelaki tersebut pergi, si murid yg melihat peristiwa itu dengan penasaran bertanya, _"mengapa Guru diam saja tidak membalas makian lelaki tersebut?"_
Beberapa saat kemudian, maka Sang Guru bertanya kepada si murid,
_“Jika seseorang memberimu sesuatu, tapi kamu tidak mau menerimanya, lalu menjadi milik siapa kah pemberian itu?”_
_“Tentu saja menjadi milik si pemberi”_, jawab si murid.
_“Begitu pula dengan kata-kata kasar itu”,_ tukas Sang Guru.
_“Karena aku tidak mau menerima kata-kata itu, maka kata-kata tadi akan kembali menjadi miliknya. Dia harus menyimpannya sendiri. Dia tidak menyadari, karena nanti dia harus menanggung akibatnya di dunia atau pun akhirat ; karena energi negatif yg muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan hanya akan membuahkan penderitaan hidup”._
Kemudian, lanjut Sang Guru,
_” Sama seperti orang yg ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri. Demikian halnya, jika di luar sana ada orang yg marah-marah kepadamu ... biarkan saja … karena mereka sedang membuang SAMPAH HATI mereka. Jika engkau diam saja, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri, tetapi kalau engkau tanggapi, berarti engkau menerima sampah itu.”_
_“Hari ini begitu banyak orang di jalanan yg hidup dengan membawa sampah di hatinya ( sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, dan lainnya )… maka jadilah kita orang yg BIJAK”_
Sang Guru melanjutkan nasehatnya :
_“Jika engkau tak mungkin memberi, janganlah mengambil”_Saudaraku...
_“Jika engkau terlalu sulit untuk mengasihi, janganlah membenci”_
_“Jika engkau tak dapat menghibur orang lain, janganlah membuatnya sedih”_
_“Jika engkau tak bisa memuji, janganlah menghujat”_
_“Jika engkau tak dapat menghargai, janganlah menghina”_
_“Jika engkau tak suka bersahabat, janganlah bermusuhan”_
Inilah saatnya - setelah ditraining di bulan yg mulia selama sebulan (Ramadhan) - kita melatih diri untuk membuang semua sampah yg ada di hati kita ...
Marilah kita renungkan untuk diri kita masing-masing : mampukah kita mengikuti nasehat dan meneladani kebijakan Sang Guru ...?
Posting Komentar untuk "Sampah Hati"